Pages

Minggu, 15 Desember 2013

My Train, My Soul

Telah berapa lama aku mengenal Oksigen? Telah sejauh mana aku melangkahkan kaki? Telah setinggi apa aku tumbuh? Telah berapa banyak karbohidrat yang masuk dalam tubuhku? Namun sampai saat ini aku belum bisa menjawab, siapakah sahabatmu?
Selama aku hidup, aku belum pernah merasakan hangatnya persahabatan. Terasa aneh saat teman sebaya mengindahkan persahabatan mereka. “Mereka selalu ada buat aku.“ Itulah kata mereka yang memiliki sahabat. Mereka yang alay, atau aku yang tidak pernah merasakannya? Terasa asing di telingaku saat mereka menceritakan kisah kisah mereka dengan para sahabatnya.
Penasaran, sungguh aku heran, kenapa mereka begitu menghargai persahabatan. Dalam setiap langkah berikutnya, aku mencoba untuk mendapatkan sahabat. Mereka yang akan bisa mendengarkan setiap keluhanku. Mereka yang selalu ada untukku bersandar. Mereka yang akan menghiburku ketika sedih. Selama ini, mereka yang seperti itu ada untukku. Namun kehadiran mereka layaknya kereta api, hanya berlalu begitu saja tanpa atsar yang jelas untukku. Bergantian menghampiri tanapa ada arti. But someone told  me that trains are not only trains, they have stations and passangers. Mungkin akan ada waktu di saat kamu akan menjadi penumpang yang akan terus bersamanya ataupun menjadi tempat pemberhentian akhir kereta tersebut. I do hope that I can find my “train” soon, but I haven’t.

Mencoba mendekat dan merendahkan diri untuk mengenal mereka yang ada disekitarku. Hanya sekedar menyapa dan menyapa ternyata belum cukup untuk mendapatkan kereta itu. Terus berbenah membuatku tiadak nyaman dengan perubahan itu. Menjadi orang lain untuk mencari orang lain, menurutku itu tidak benar. Mereka, siapapun itu, aku akan sangat bersyukur jika mereka mau menerima aku. My train is my mirror, they will have me whoever I am, and give me a way to make me better.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About